1. Kuliah satu kampus atau bahkan sejurusan dengan artis Korea favorit tidak berarti kamu akan sering bertemu dengan mereka.
Belakangan ini, mahasiswa-mahasiswa asing yang kuliah di Korea, termasuk mahasiswa asing dari Indonesia, datang ke Korea tak hanya untuk belajar saja, tetapi juga punya misi terselubung yaitu untuk bertemu artis favorit mereka. Tak hanya itu, mereka pun sengaka memilih kampus tempat artis favorit mereka kuliah.
Padahal, artis-artis tersebut jarang sekali masuk kuliah sehingga kesempatan untuk bertemu dengan mereka pun cukup sulit. Ada pula mahasiswa yang masuk dengan jurusan yang sama dengan sang artis favorit dan berakhir dengan stres karena pada dasarnya tidak sesuai dengan kemampuannya.
Yup, begitulah kenyataannya. Kalau kamu benar-benar punya impian untuk menimba ilmu di Korea, dasari dengan niat yang benar juga. Bolehlah punya keinginan dan harapan untuk bertemu artis favorit saat di kampus nanti, tapi jangan sampai memaksakan diri juga ya!
2. Dosen-dosen di Korea masih banyak yang belum siap dengan keberadaan mahasiswa asing, sehingga sikap mereka cenderung terlihat seperti rasis.
Datangnya mahasiswa-mahasiswa asing ke Korea baru terjadi beberapa tahun belakangan ini, hal ini disebabkan oleh Hallyu (Korean Wave). Dampaknya adalah banyak di antara dosen-dosen Korea yang sebenarnya belum siap untuk menghadapi mahasiswanya yang berbeda budaya dan bahasanya, sehingga banyak pula di antara dosen-dosen tersebut yang lebih menyukai mahasiswa dari Korea dibanding dari luar Korea.
3. Perangai orang-orang Korea tidak seramah dan seromantis di drama-drama televisi, lho!
Di drama-drama Korea, orang Korea digambarkan sebagai pribadi yang ramah, menarik, menyenangkan dan romantis. Namun, sayangnya semua itu hanya dapat kamu temukan di layar kaca saja.
Sebagian besar orang Korea (terutama di Seoul) sangat individualis dan tidak peduli dengan orang lain yang tidak mereka kenal. Apalagi terhadap orang asing yang tidak bisa berbahasa Korea. Banyak di antara mereka yang menghindari untuk berbicara orang asing karena tidak bisa berbahasa Inggris.
4. Mayoritas orang Korea tidak memeluk agama, sehingga apabila kita memakai atribut gama, maka kamu akan dipandang dengan tatapan aneh.
Memakai jilbab di Indonesia adalah suatu hal yang biasa, akan tetapi memakai jilbab di Korea adalah suatu hal yang tidak biasa. Hampir 50% warga Korea tidak memeluk agama apapun, sehingga sebagian besar dari mereka tidak memahami apa itu agama beserta atributnya. Terlebih lagi, populasi umat muslim di Korea yang amat sedikit membuat orang Korea seringkali mengernyitkan dahi pada saat melihat umat muslim yang mengenakan jilbab.
Jadi jangan kaget saat kamu melakukan kegiatan dan menggunakan atribut keagamaan kamu akan sedikit mendapat pandangan aneh. Tidak ada larangan, hanya sajakamu tak perlu merasa tersinggung dengan sikap mereka yang merasa aneh dengan atribut keagamaanmu.
5. Mencari makanan halal tidak semudah pergi ke warteg depan rumah. Kamu harus ekstra teliti membaca kandungan makanan di setiap kemasan
Harga makanan biasa yang cukup tinggi saja sudah cukup membuat pusing tujuh keliling, ditambah lagi dengan sulitnya mencari makanan halal di negara non-muslim seperti Korea. Sebagian besar makanan di Korea mengandung daging atau minyak babi, karena itulah bagi para umat muslim mencari makanan harus sangat selektif.
Setiap kali hendak membeli makanan, harus mau dan jangan malas untuk membaca dengan detail setiap kemasan bahan makanan yang ada. Walaupun sekarang ada Korean Halal Industry Association, makanan halal tetaplah makanan yang mahal di Korea karena jumlahnya yang sangat jarang.
6. Mencari pekerjaan sambilan pun tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena ada banyak persyaratan yang harus kamu penuhi terlebih dulu.
Dengan estimasi biaya hidup sekitar 900.000 won (sekitar 10.800.000 rupiah) untuk standar hidup di Seoul, maka kamu harus bekerja sambilan untuk bisa menghidupi diri kamu apabila kamu tidak mendapatkan beasiswa untuk biaya hidup kamu di Korea. Namun kamu juga nggak bisa sembarang asal bekerja, lho. Ada beberapa ketentuan yang harus kamu patuhi supaa kamu bisa mengantungi izin bekerja sambilan di Korea.
Ketentuan bekerja sambilan dari pihak imigrasi Korea adalah kamu harus sudah tinggal di Korea selama minimal 6 bulan, memegang visa D-2 atau D-4, dan memiliki izin untuk bekerja sambilan dari universitas kamu. Sebagai mahasiswa, kamu bisa bekerja maksimal 20 jam seminggu dengan honor 5.000-6.000 won per jam.
Pekerjaan sambilan yang bisa kamu ambil bervariasi, mulai dari SPG di toko kosmetik, penerjemah, dan sebagainya. Tentu saja, biasanya perusahaan-perusahaan tersebut mensyaratkan kamu bisa berbahasa Korea untuk bekerja.
7. Bahasa Korea memiliki beberapa tingkatan, jika kita salah mengaplikasikannya dalam percakapan, bisa-bisa kamu dianggap tidak sopan.
Bahasa Korea memiliki beberapa level seperti formal, kasual, dan santai. Berbeda dengan tingkatan bahasa formal dan gaul di dalam bahasa Indonesia, apabila kamu salah menggunakan tingkatan bahasa, bisa-bisa kamu akan dianggap tidak sopan.
Contohnya saja, kata salam seperti “annyeong” itu hanya bisa diucapkan pada teman dekat atau adik kelas saja, sedangkan untuk menyapa dosen, kamu wajib menggunakan ucapan yang formal dan sopan, yaitu “annyeonghasimnikka“.RupiahQq
No comments:
Post a Comment